Selasa, 21 Mei 2013

Ketika Abu Hurairah, Ra. Ditugaskan Menangkap Setan

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.
“Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W,” gertak Abu Hurairah.
Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : “Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan.”
Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.
Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : “Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?”
Ia mengeluh, “Ya Rasulullah, bahawa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan,” jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahawa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.
“Bohong dia,” kata Nabi : “Pada hala nanti malam ia akan datang lagi.”
Karena Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan.Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.
“Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W,” ancam Abu Hurairah, sama seperti kemarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : “Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi.”
Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kemarin. Dan setelah mendapat jawaban yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : “Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi.”
Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak- geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar- benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kemarin itu dilepaskan begitu saja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya ? “Awas!” katanya dalam hati. “Kali ini tidak akan kuberikan ampun.”
Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri onggokan makanan yang dia jaga. “Nah, benar juga, ia datang lagi,” katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-gerinya.
“Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga.”  Lepaskan saya,” pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahawa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : “Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna.”
“Kalimat-kalimat apakah itu?” Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. “Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi.”
Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.
“Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.
“Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan,” jawab Abu Hurairah.
“Kalimat apakah itu?” tanya Nabi.
Katanya : “Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : “Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati setan hingga pagi hari.”
Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, “Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta.” Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula : “Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?”
“Entahlah.” Jawab Abu Hurairah.
“Itulah setan.”

Senin, 20 Mei 2013

Ibadah 500 Tahun Hanya Sebanding Dengan Satu Kenikmatan

Bahwa sesungguhnya nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dilimpahkan kepada hamba-Nya baik manusia, jin dan lainnya sungguh tiada terhingga banyaknya dan Allah Subhanahu Wa Ta’alajuga mencukupi semua kebutuhan hamba-hambanya, sehingga tidak mungkin manusia maupun jin mampu menghitungnya meskipun memakai alat yang tercanggih teknologinya.

IBADAH 500 TAHUN Hanya Sebanding dengan Satu Kenikmatan
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju kami, lalu bersabda, ‘Baru saja kekasihku Malaikat Jibril keluar dariku dia memberitahu, ‘Wahai Muhammad, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran.

Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba di antara sekian banyak hambaNya yang melakukan ibadah kepadaNya selama 500 tahun, ia hidup di puncak gunung yang berada di tengah laut. Lebarnya 30 hasta dan panjangnya 30 hasta juga. Sedangkan jarak lautan tersebut dari masing-masing arah mata angin sepanjang 4000 farsakh. Allah mengeluarkan mata air di puncak gunung itu hanya seukuran jari, airnya sangat segar mengalir sedikit demi sedikit, hingga menggenang di bawah kaki gunung.

Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang setiap malam mengeluarkan satu buah delima matang untuk dimakan pada siang hari. Jika hari menjelang petang, hamba itu turun ke bawah mengambil air wudhu’ sambil memetik buah delima untuk dimakan. Kemudian mengerjakan shalat. Ia berdoa kepada Allah Ta’ala jika waktu ajal tiba agar ia diwafatkan dalam keadaan bersujud, dan mohon agar jangan sampai jasadnya rusak dimakan tanah atau lainnya sehingga ia dibangkitkan dalam keadaan bersujud juga. Demikianlah kami dapati, jika kami lewat dihadapannya ketika kami menuruni dan mendaki gunung tersebut.

Selanjutnya, ketika dia dibangkitkan pada hari kiamat ia dihadapkan di depan Allah Ta’ala, lalu Allah berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga karena rahmatKu.’
Hamba itu membantah, ‘Ya Rabbi, aku masuk Surga karena perbuatanku.’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga karena rahmatKu.’ Hamba tersebut membantah lagi, ‘Ya Rabbi, masukkan aku ke surga karena amalku.’

Kemudian Allah Ta’ala memerintah para malaikat, ‘Cobalah kalian timbang, lebih berat mana antara kenikmatan yang Aku berikan kepadanya dengan amal perbuatannya.’
Maka ia dapati bahwa kenikmatan penglihatan yang dimilikinya lebih berat dibanding dengan ibadahnya selama 500 tahun, belum lagi kenikmatan anggota tubuh yang lain. Allah Ta’alaberfirman, ‘Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke Neraka!’

Kemudian ia diseret ke dalam api Neraka.
Hamba itu lalu berkata, ‘Ya Rabbi, benar aku masuk Surga hanya karena rahmat-Mu, masukkanlah aku ke dalam SurgaMu.’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalikanlah ia.’
Kemudian ia dihadapkan lagi di depan Allah Ta’ala, Allah Ta’ala bertanya kepadanya, ‘Wahai hambaKu, Siapakah yang menciptakanmu ketika kamu belum menjadi apa-apa?’
Hamba tersebut menjawab, ‘Engkau, wahai Tuhanku.’
Allah bertanya lagi, ‘Yang demikian itu karena keinginanmu sendiri atau berkat rahmatKu?’
Dia menjawab, ‘Semata-mata karena rahmatMu.’
Allah bertanya, ‘Siapakah yang memberi kekuatan kepadamu sehingga kamu mampu mengerjakan ibadah selama 500 tahun?’
Dia menjawab, ‘Engkau Ya Rabbi.’

Allah bertanya, ‘Siapakah yang menempatkanmu berada di gunung dikelilingi ombak laut, kemudian mengalirkan untukmu air segar di tengah-tengah laut yang airnya asin, lalu setiap malam memberimu buah delima yang seharusnya berbuah hanya satu tahun sekali? Di samping itu semua, kamu mohon kepadaKu agar Aku mencabut nyawamu ketika kamu bersujud, dan aku telah memenuhi permintaanmu!?’
Hamba itu menjawab, ‘Engkau ya Rabbi.’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Itu semua berkat rahmatKu. Dan hanya dengan rahmatKu pula Aku memasukkanmu ke dalam Surga. Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke dalam Surga! HambaKu yang paling banyak memperoleh kenikmatan adalah kamu wahai hambaKu.’ Kemudian Allah Ta’alamemasukkanya ke dalam Surga.”

Minggu, 19 Mei 2013

Kisah Pemuda Sejati

Kisah ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khatab ra. Ada seorang pemuda kaya, hendak pergi Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Dia mempersiapkan segala perbekalnnya, termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraanya. Setelah semua dirasanya siap, dia pun memulai perjalanannya.

Ditengah perjalanan, dia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar. Dia berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu duduk di bawah pohon. Akhirnya, dia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.

Saat dia tidur, tali untanya lepas, sehingga unta tu pergi ke sana kemari. Akhirnya, unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. Unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Dia juga merusak segala yang dilewatinya.

Penjaga kebun itu adalah seorang kakek yang sudah tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu. Namun, dia tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, lalu sang kakek membunuhnya.
Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, dia menemukan unta itu telah tergeletak mati dengan leher menganga di dalam kebun. Pada saat itu, seorang kakek dating.
Pemuda itu bertanya, “Siapa yang membunuh unta itu?”
Kakek itu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena kuatir akan merusak seluruh isi kebun, terpaksa dia membunuhnya.

Mendengar hal itu, sang pemuda sangat marah hingga tak terkendalikan. Serta-merta, dia memukul kakek penjaga kebun itu. Naasnya, kakek itu meninggal seketika. Pemuda itu menyesal atas apa yang diperbuatnya. Dia berniat kabur.
Saat itu, datanglah dua orang anak sang kakek tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak tidak bernyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya.
Kemudian keduanya membawa pemuda itu untuk menghadap Amirul Mukminin; Khalifah Umar bin Khatab ra. Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash (hukuman bagi orang yang membunuh) kepada pemuda yang telah membunuh ayah mereka.
Lalu, Umar bertanya kepada pemuda itu. Pemuda itu mengakui perbuatannya. Dia benar-benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya.

Umar berkata, “Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah.”
Seketika itu, sang pemuda meminta kepada Umar, agar dia diberi waktu dua hari untuk pergi ke kampungnya, sehingga dia bisa membayar hutang-hutangnya.
Umar bin Khatab berkata, “Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali lagi ke sini. Jika kau tidak kembali, orang itu yang akan diqhishas sebagai ganti dirimu.”
Pemuda itu menjawab, “Aku orang asing di negeri ini, Amirul Mukminin, aku tidak bisa mendatangkan seorang penjamin.”
Sahabat Abu Dzar ra yang saat itu hadir di situ berkata, “Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda itu tidak dating lagi setelah dua hari.”
Dengan terkejut, Umar bin Khatab berkata, “Apakah kau yang menjadi penjaminnya, wahai Abu Dzar … wahai sahabat Rasulullah?”
“Benar, Amirul Mukminin,” jawab Abu Dzar lantang.
Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qhishash, orang-orang menantikan datangnya pemuda itu. Sangat mengejutkan! Dari jauh sekonyong-konyong mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya. Sampai akhirnya, dia sampai di tempanya pelaksanaan hukuman. Orang-orang memandang dengan rasa takjub.
Umar bertanya kepada pemuda itu, “Mengapa kau kembali lagi ke sini Anak  Muda, padahal kau bisa menyelamatkan dirimu dari maut?”

Pemuda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang ke sini agar jangan sampai orang-orang berkata, ‘tidak ada lagi orang yang menepati janji di kalangan umat Islam’, dan agar orang-orang tidak mengatakan ‘tidak ada lagi lelaki sejati, kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat Muhammad saw.”
Lalu, Umar melangkah ke arah A

bu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, “Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau bisa mantap
menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan pemuda ini?”
Abu Dzar menjawab, “Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan bahwa ‘tidak ada lagi lelaki jantan yang bersedia berkorban untuk saudaranya seiman dalam umat Muhammad saw.”

Mendengar itu semua, dia orang lelaki anak kakek yang terbunuh itu berkata, “Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi di hadapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak meminta apa pun dariny
a! Tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi orang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad saw.”

Sumber : Habiburrahman El Shirazy, “Ketika CInta Berbuah Surga”, MQS Publishing, 2005.

Puisi Untukmu


Aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil
Aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid'ah
Lalu aku harus bagaimana ?
Aku tawasul dengan baik, kau bilang aku musyrik
Aku ikut majlis zikir, kau bilang aku kafir
Lalu aku harus bagaimana ?
Aku shalat pakai niat, kau bilang aku sesat,
Aku adakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
Lalu aku harus bagaimana ?
Aku ziarah, kau bilang aku ngalap berkah
Aku slametan, kau bilang aku pemuja setan
Lalu aku harus bagaimana ?

Aku datangi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
Aku ikut tarekat sufi, malah kau suruh aku menjauhi

Baiklah...baiklah....
Aku ikut kalian saja :
Kan kupakai celana cingkrang, agar kau senang
Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
Kan kuhitamkan jidad, agar dikira ahli ijtihad
Aku akan sering menghujat siapapun, biar dikira hebat
Aku akan sering mencela, biar dikira mulia....

Ya sudahlah.....

Senin, 06 Mei 2013

Nama-Nama Syurga Dan Neraka

NAMA-NAMA SYURGA DAN NERAKA

Tingkatan dan nama-nama syurga ialah :-  1. Firdaus
2. Syurga 'Adn
3. Syurga Na'iim
4. Syurga Na'wa
5. Syurga Darussalaam
6. Daarul Muaqaamah
7. Al-Muqqamul Amin
8. Syurga Khuldi 

Sedangkan tingkatan dan nama-nama neraka adalah :- 
1. Neraka Jahannam
2. Neraka Jahiim
3. Neraka Hawiyah
4. Neraka Wail
5. Neraka Sa'iir
6. Neraka Ladhaa
7. Neraka Saqar
8. Neraka Hutomah