SI BERUANG DAN SYEIH

Pernah mendengar cerita tentang Si Beruang dan Sang Syeh?
Ceritanya, pada suatu hari ada seekor beruang besar yang sedang terluka kakinya. Cukup parah nampaknya. Tak diceritakan entah apa penyebab luka di kaki Si Beruang itu. Pada saat bersamaan, ada seorang Syeh sedang melakukan perjalanan jauh demi mencari ilmu. Di tengah jalan, Sang Syeh menemukan Si Beruang terkapar tak berdaya dengan lukannya. Hati Syeh yang mulia langsung merangsang otaknya berpikir menolong Si Beruang, tak takut pada tubuh beruang yang sangat besar, yang bisa saja melukainya. Lalu otak pun langsung menggerakkan organ motorik Sang Syeh melakukan pertolongan dan pengobatan pada Si Beruang. Ya begitulah, hati yang baik akan menimbulkan pemikiran dan aksi yang baik pula. Tidak perlu banyak amm emm amm emm untuk sebuah panggilan kebaikan.
Dua hari berlalu. Ketelatenan Sang Syeh mengobati Si Beruang akhirnya membuahkan hasil. Luka di kaki beruang sembuh. Hingga ketika Sang Syeh ingin pergi, Si Beruang meminta untuk menjadi pengawalnya, dia berjanji akan melindunginya dari segala bahaya. Itu sebagai balas jasa Si Beruang pada Sang Syeh. Permintaan itupun akhirnya di-iya-kan oleh Sang Syeh.
Benar saja, beruang itu banyak sekali membantu. Menakut-nakuti orang yang ingin berbuat jahat pada Syeh. Mengambilkan buah yang letaknya tinggi, sulit dijangkau oleh Syeh, dan masih banyak yang lain. Hingga suatu hari, Sang Syeh tertidur dengan pulas karena kelelahan. Seperti biasa, Si Beruang berjaga di dekatnya bak pengawal pribadi. Dan tiba-tiba ada seekor lalat yang hinggap di muka Sang Syeh. Terbang dan hinggap lagi di sekitar tempat yang sama. Kesal melihat hal itu, Si Beruang berusaha mengusir Si lalat. Tapi sia-sia. Lalat itu pergi sebentar lalu datang lagi. Si Beruang takut sekali tuannya terbangun karena lalat itu. Ingin sekali Si Beruang membunuh lalat itu agar tuannya dapat tidur dengan nyaman. Dan persis pada saat lalat itu hinggap lama sekali di kepala Sang Syeh, Si Beruang berpikir ini lah waktu yang tepat untuk membunuh Si lalat. Akhirnya Si beruang mengambil batu yang besar dan memukulkannya ke kepala Syeh, tempat lalat itu tadi hinggap. Berakhirlah kehidupan Sang Syeh, di tangan makhluk yang justru paling ingin menjaganya.
Cerita yang bagi saya cukup menarik. Seseorang tidak bisa selalu mengendalikan dan mengatur orang lain dalam melakukan suatu perbuatan atau amal. Kita pun juga tidak bisa serta merta menyalahkan, ketika perbuatan yang diusahakan orang lain justru melukai kita, membuat kita rugi, sakit, stress, dll. Heyy, lihat lah Si Beruang, apakah dia berniat membunuh Sang Syeh? Tidak sama sekali bukan? Dia justru ingin melindungi, ingin berbuat baik, hanya saja caranya yang salah. Lalu haruskah kita memarahi Si Beruang habis-habisan, menghukumnya, atau meng-qisas-nya membayar nyawa dengan nyawa?
Silakan dijawab dengan versinya masing-masing.
Entah saat ini kita sedang berada dalam posisi Sang Syeh (yang dirugikan akibat tindakan orang lain) ataukah sebagai Si Beruang (yang melakukan kesalahan), semoga kita bisa lebih bijak dalam menentukan sikap. Mari kita interospeksi diri.
Ada 2 hal yang harus kita lupakan :
Kebaikan kita pada orang lain, dan
Keburukan orang lain pada kita.
Ada 2 hal pula yang harus kita ingat :
Kebaikan orang lain pada kita, dan
Keburukan kita pada orang lain.
Semoga bisa menangkap hikmahnya. . :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar