Abu
Luqman hendak mengajari anaknya tentang kehidupan ini, maka suatu hari
ia mengajak anaknya untuk pergi ke pasar. Untuk itu ia menyuruh anaknya
menyiapkan seekor keledaibagi mereka. Kemudian mereka berangkat.
Abu Luqman menaiki keledainya dan menyuruh anaknya berjalan kaki mengikuti disampingnya. Selang beberapa waktu kemudian mereka berpapasan dengan rombongan musafir dan orang-orang itu berkata, “Dasar orangtua yang mau enaknya sendiri, anaknya disuruh berjalan kaki sedangkan ia naik di atas keledai”.
Mendengar itu kemudian Abu Luqmanpun turun dan menyuruh anaknya naik ke atas keledai. Anaknya naik keledai dan Abu Luqmanpun berjalan kaki mengikuti disampingnya. Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan kafilah yang lain lagi dan mendengar orang-orang di kafilah itu bergumam, “Dasar anak tidak tahu diri, orangtuanya disuruh berjalan kaki sedang ia enak-enak saja di atas keledai.”
Mendengar itu, Abu Luqmanpun kemudian menghentikan keledainya dan kemudian ikut naik bersama anaknya di atas keledai. Dan mereka kemudian berpapasan dengan rombongan musafir yang lain lagi. Abu Luqman dan anaknya mendengar orang-orang dalam kafilah itu berkata, “Dasar ayah dan anak yang tidak punya rasa kasihan, keledai kurus kering begitu dinaiki berdua.”
Kemudian Abu Luqman turun dari keledai dan menyuruh anaknya juga turun. Mereka akhirnya berjalan kaki menuntun keledainya. Sesampainya di pasar, orang-orang mentertawakan mereka sambil berkata, “Lihat, lihat, dasar orang-orang bodoh, membawa seekor keledai yang kuat tetapi tidak dinaiki bahkan mereka berjalan kaki menuntunnya.”
Kemudian Abu Luqman berkata kepada anaknya:
”Sesungguhnya tidaklah terlepas seseorang itu dari perbincangan manusia. Maka orang yang berakal tidaklah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, maka itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap hal.”
"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tidaklah menjadi fakir melainkan tertimpa tiga perkara, yaitu tipisnya keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (ke-pribadi-annya), dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
Abu Luqman menaiki keledainya dan menyuruh anaknya berjalan kaki mengikuti disampingnya. Selang beberapa waktu kemudian mereka berpapasan dengan rombongan musafir dan orang-orang itu berkata, “Dasar orangtua yang mau enaknya sendiri, anaknya disuruh berjalan kaki sedangkan ia naik di atas keledai”.
Mendengar itu kemudian Abu Luqmanpun turun dan menyuruh anaknya naik ke atas keledai. Anaknya naik keledai dan Abu Luqmanpun berjalan kaki mengikuti disampingnya. Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan kafilah yang lain lagi dan mendengar orang-orang di kafilah itu bergumam, “Dasar anak tidak tahu diri, orangtuanya disuruh berjalan kaki sedang ia enak-enak saja di atas keledai.”
Mendengar itu, Abu Luqmanpun kemudian menghentikan keledainya dan kemudian ikut naik bersama anaknya di atas keledai. Dan mereka kemudian berpapasan dengan rombongan musafir yang lain lagi. Abu Luqman dan anaknya mendengar orang-orang dalam kafilah itu berkata, “Dasar ayah dan anak yang tidak punya rasa kasihan, keledai kurus kering begitu dinaiki berdua.”
Kemudian Abu Luqman turun dari keledai dan menyuruh anaknya juga turun. Mereka akhirnya berjalan kaki menuntun keledainya. Sesampainya di pasar, orang-orang mentertawakan mereka sambil berkata, “Lihat, lihat, dasar orang-orang bodoh, membawa seekor keledai yang kuat tetapi tidak dinaiki bahkan mereka berjalan kaki menuntunnya.”
Kemudian Abu Luqman berkata kepada anaknya:
”Sesungguhnya tidaklah terlepas seseorang itu dari perbincangan manusia. Maka orang yang berakal tidaklah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, maka itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap hal.”
"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tidaklah menjadi fakir melainkan tertimpa tiga perkara, yaitu tipisnya keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (ke-pribadi-annya), dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar