Selasa, 18 Februari 2014

Orang Tua Kita



Ibu yang bertaruh nyawa saat melahirkan..
Sepahit apapun jamu akan ia minum agar asinya lancar demi sang buah hati
Selalu terjaga saat lelap tidur ..
Saat sang buah hati beranjak dewasa
Lelah letih semakin menjadi, namun tak pernah beliau rasa
Membangunkan di pagi buta, dengan sepiring nasi yang sudah terhidang, entah kapan beliau bangun
Bahkan membangunkan kita tetap berlanjut meski  kita telah dewasa untuk pergi bekerja.
Tetap mencucikan baju, menyiapkan hidangan yang entah kapan beliau masak..
Ayah.. berkubang lumpur di bawah terik matahari
Menantang maut di keramaian jalan
Berebut kesempatan
Semua itu.. semuanya untuk sang buah hati..
Agar masa depannya lebih terjamin, lebih, dan lebih baik segala halnya dari ayah dan ibu
Meski ke duanya hanya lulusan SD keduanya ingin sang buah hati meraih pendidikan tinggi
Tapi patutkah... pantaskah
Hanya karena seseorang yang disebut “pujaan hati
Cantik, berpendidikan, masih muda, kaya, bahkan katanya “agamanya bagus
Lalu kita acuhkan keduanya,
Padahal mereka karomah hidup, sebagaimana doanya, kutuknya pun  menjadi kenyataan.
Berbilang tahun kita dihidupi keduanya
Tak dapat di ukur maupun ditimbang, bahkan tak ada kata “Tammat
Ibarat jalan tak berujung
Sang pujaan hati, baru beberapa bulan , yang kita seperti ‘merasa damai saat berada di sisinya
Namun telah dapat merebut , mengalihkan perhatian kita
Atau ..jangan jangan
Kita yang gampang tergoda.....
Ayah ibu kita..
Tentu pernah muda,. Perjalanan hidup, asam garam menjadi pengalaman berharga
Maka ..
Dengar nasehatnya meski bertabur caci maki.. bahkan mungkin lontaran kata yang tak logis
Mereka tak seidealis kita
Namun kasihnya, jangan pernah  kita sangsikan , sekali lagi ’semua demi kebaikan kita..

Puisi Untuk Ibu



IBU…

Perih dan pilu ketika kau mengandungku

Meregang, mengerang ketika kau melahirkanku

Tapi ada seyum tulus di wajahmu

Seyum bahagia atas lahirnya anak tercinta

Merah merona bagai mawar di taman syurga



Belai kasihmu

Lembut, membuat reda tangisku

Nina bobomu

Merdu, membuat pulas lelapku

Seyum tulusmu bersinar

laksana embun terpaan mentari

Canda tawamu

Ah..itu, geli aku mengingatnya



Ibu…

Tak ada sesal di hatimu

Ketika kau belikan aku mainan dari uang dapurmu

Tak ada kesal di hatimu

Ketika kau bangun karena tangisku di tengah malammu

Karena aku adalah buah hatimu

aku adalah cintamu

aku adalah harapanmu



Ibu…

Kaulah yang melindungiku dari kemarahan ayah yang menggebu

Kaulah yang menahan malu ketika meminjam uang untuk biaya hidupku

Tapi apa balasanku ibu…

Kausuruhpun aku tak mau

Permintaanmu kuanggap angin lalu

Berjuta alasan aku ungkapkan

Bahkan bentakan pernah pula aku lakukan



Ibu…

Kasih sayang tulusmu

Kubalas dengan cinta pada orang yang kuanggap ‘lucu’

Kala kau menangis tersedu

Kubalas dengan kepergianku, meninggalkanmu



Lalu..

Pantaskah aku disebut anak sholeh, ibu..

Pantaskah aku disebut anak berbakti, ibu..

Pantaskah….

Ya Allah… apakah hati ini sudah membatu

Apakah diri ini sudah tak lagi malu

Sampai-sampai kuhinakan ibu kandungku



Ya Allah, Astagfirullah…

Bukankah syurga di bawah telapak kaki ibu

Bukankah dia yang pertama kali harus kucinta setelah Engkau dan rasulMu
Maafkanlah diriku ibu

Maafkanlah anakmu yang durhaka ini

Ingin rasanya kucium tanganmu ibu

Ingin rasanya kupeluk dirimu

Dan kubisikkan di telingamu

“Aku sayang padamu ibu….”


Ya Allah…

Izinkanlah aku berbakti pada ibuku

Walau cuma sekali dalam hidupku

Sebelum kau pisahkan aku dengan ibuku…

Kisah Seorang Yang Syukur dan Dua Temannya Yang Kufur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu., Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang belang, botak, dan buta. Allah bermaksud menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat kepada mereka.
Malaikat itu datang kepada Si Belang dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?' 
Si Belang menjawab, 'Saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku.'
Maka, malaikat itu lantas mengusap Si Belang. Seketika itu hilanglah penyakit yang menjijikkan itu serta ia diberi paras yang tampan dan kulit yang bagus.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Belang menjawab, 'Unta (atau ia mengatakan sapi).'
Kemudian, ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang engkau terima.

Kemudian, malaikat itu datang kepada Si Botak dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?'
 
Si Botak menjawab, 'Rambut yang rapi dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini.'
Malaikat lantas mengusap Si Botak dan seketika hilanglah penyakit dan tumbuh rambut yang rapi sebagai gantinya.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Botak menjawab, 'Sapi.' Kemudian ia diberi sapi yang sedang bunting, dan malaikat tadi berkata, ''Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang engkau terima.'
Kemudian, malaikat itu datang kepada Si Buta dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?'
Si Buta menjawab, 'Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang. Malaikat lantas mengusap Si Buta dan Allah mengembalikan penglihatannya.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Buta menjawab, 'Kambing.' Kemudian, ia diberi kambing yang sedang bunting.
Lama kelamaan unta, sapi, kambing yang telah diberikan kepada ketiga orang tersebut berkembang biak, dan unta tersebut memenuhi satu lapangan, begitu pula sapi dan kambing. Pada suatu waktu malaikat datang kepada Si Belang dan menyamar sebagai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan Si Belang pada awalnya sambil berkata, 'Saya adalah seorang miskin dan telah kehabisan bekal di tengah perjalanan ini, dan sampai hari ini tidak ada harapanku kecuali hanya kepada Allah, kemudian kepadamu. Saya benar-benar meminta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan, saya meminta kepadamu seekor unta untuk bekal melanjutkan perjalanan saya.'
Si Belang menjawab, 'Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak dan saya tidak bisa memberi bekal apa-apa.'
Malaikat itu berkata, 'Kalau tidak salah saya pernah kenal denganmu, bukankah kamu dulu orang yang mempunyai sakit belang dan orang-orang jijik kepadamu, dan bukankah kamu dulu orang yang miskin, lalu Allah memberi rahmat kepadamu?'
Si Belang berkata, 'Sesungguhnya saya mempunyai harta kekayaan ini dari nenek moyang.'
Malaikat berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'
Kemudian, malaikat datang kepada Si Botak dengan menyerupai orang yang berpenyakit botak seperti keadaan Si Botak waktu itu, dan berkata seperti apa yang dikatakannya kepada Si Belang. Si Botak juga menjawab seperti Si Belang, kemudian malaikat itu berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'
Malaikat melanjutkan perjalanannya ke tempat Si Buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan Si Buta waktu itu, dan berkata, 'Saya adalah orang yang miskin, saya telah kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan ini dan tidak ada lagi harapanku kecuali kepada Allah, kemudian kepadamu. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, yaitu saya meminta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.'
Si Buta menjawab, 'Saya dulu adalah orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya, dan dulu saya orang miskin, kemudian Allah memberi kekayaan seperti ini. Maka, ambillah apa yang kamu inginkan. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah.'
Malaikat itu berkata, 'Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha terhadap kamu dan Allah telah memurkai kepada kedua kawanmu'." (HR Bukhari dan Muslim).
Dari ketiga orang yang mendapatkan ujian dari Allah SWT itu, akhirnya hanya satu yang lulus menghadapi ujian dari Allah SWT. Adapun yang dua orang tidak lulus. Keduanya itu ialah Si Belang dan Si Botak. Keduanya tidak bersyukur setelah diberi kekayaan yang melimpah dan kesembuhan dari segala penyakitnya. Keduanya lupa bahwa awalnya tidak lain adalah orang-orang yang hidupnya sering dilecehkan dalam kehidupan bermasyarakat karena penyakit yang dideritanya. Kemudian, setelah sembuh dari penyakitnya dan harta mulai mendekatinya hingga menjadi orang yang kaya raya, mereka lupa kepada Allah SWT. Keduanya kikir atas hartanya yang melimpah ruah itu. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang datang meminta pertolongan itu memiliki doa yang sangat makbul. Ketika mereka tidak mamu menolongnya, keluarlah doa dari orang yang meminta pertolongan itu, yang tidak lain adalah malaikat yang diutus oleh Allah. Doa dari malaikat yang menyamar itu makbul, dan akhirnya kedua orang yang diuji itu menjadi seperti semula: berpenyakitan dan jatuh dalam kemiskinan.
Yang lulus menghadapi ujian ialah Si Buta, orang yang dengan pertolongan Allah SWT kemudian menjadi tidak buta dan diberi harta kekayaan yang melimpah. Meski sudah berubah, ia tetap bersyukur kepada Allah dan mau membantu sesama orang yang sedang kesulitan. Terbukti ketika Allah SWT mengujinya dengan didatangi malaikat yang menyamar menjadi manusia yang lemah dan meminta tolong, ia mau menolongnya dengan ikhlas karena Allah semata.

Selasa, 11 Februari 2014

Syiir Ngudi Susilo (Kyai Bisri Mustofa Rembang)

Oleh: Kyai Bisri Mustofa
Rembang

SHOLATULLOHI MA LAHAT KAWAKIB
NGALAHMAD KHOIRI MAR ROKIBAN NAJAIB

iki syiir kanggo bocah lanang wadon
nebihake tingkah laku ingkang awon
***
sarto nerangake budi kang prayogo
kanggo dalan podo mlebu ing suwargo
bocah iku wiwit ngumur pitung tahun
kudu ajar toto keben ora getun
***
kudu tresno ring ibune kang ngrumati
kawit cilik marang bapak kang gemati
ibu bapak rewangono lamun repot
ojo koyo wong gemagus ingkang wangkot
***
lamun ibu bapak printah inggal tandang
ojo bantah ojo sengol ojo mampang
andhap asor ing wong tuwo najan liyo
tetepono ojo koyo rojo koyo
***
gunem alus alon lirih ingkang terang
ojo kasar ojo misuh koyo bujang
yen wong tuwo lenggah ngisor siro ojo
pisan lingguh nduwur koyo jaman jogjo
***
yen wong tuwo sare ojo geger guyon
lamun siro nuju moco kudu alon
lamun siro liwat ono ing ngarepe
kudu nuwun amit sarto ndepe-ndepe
***
lamun ibu bapak duko becik meneng
ojo melu padon ugo ojo greneng
(BAB AMBAGI WEKTU)
dadi bocah kudu ajar bagi zaman
ojo pijer dolan nganti lali mangan
***
yen wayahe sholat ojo tunggu printah
inggal tandang cekat-ceket ojo wegah
wayah ngaji wayah sekolah sinahu
kabeh mau gateake klawan tuhu
***
kenthong subuh inggal tangi nuli adus
wudlu nuli sholat khusuk ingkang bagus
rampung sholat tandang gawe opo bahe
kang prayogo koyo nyaponi omahe
***
lamun ora iyo moco-moco quran
najan namung sithik dadiyo wiridan
budal ngaji awan bengi sekabehe
toto kromo lan adabe podo bahe
***
(ING PAMULANGAN)
lamun arep budal menyang pamulangan
toto toto ingkang rajin kang resikan
nuli pamit ibu bapak kanthi salam
jawab ibu bapak ngalaikumus salam
***
disangoni akeh sithik kudu trimo
supoyo ing tembe dadi wong utomo
ono pamulangan kudu tansah gati
nompo piwulangan ngilmu kang wigati
***
ono kelas ojo ngantuk ojo guyon
wayah ngaso keno ojo nemen guyon
karo konco ojo bengis ojo judas
mundak diwadani konco ora waras
***
(MULIH SAKING PAMULANGAN)
bubar saking pamulangan inggal mulih
ojo mampir-mampir dolan selak ngelih
tekan omah nuli salin sandangane
kudu pernah rajin rapi aturane
***
(ONO ING OMAH)
karo dulur konco ingkang rukun bagus
ojo koyo kucing belang rebut tikus
dadi tuwo kudu weruh ing sepuhe
dadi anom kudu rumongso bocahe
***
lamun bapak ngalim pangkat sugih joyo
siro ojo kumalungkung ring wong liyo
pangkat gampang minggat sugih keno mulih
ngalim iku gampang owah molah-malih
***
arikolo siro madep ring wong liyo
kudu ajer ojo mrengut koyo boyo
(KARO GURU)
marang guru kudu tuhu lan ngabekti
sekabehe printah bagus dituruti
***
piwulange ngertenono kanthi ngudi
nasihate tetepono ingkang merdi
larangane tebihono kanthi yekti
supoyo ing tembe siro dadi mukti
***
(ONO TAMU)
tatkalane ibu romo nompo tamu
ojo biyayaan tingkah polahanmu
ojo nyuwun duwit wedang lan panganan
rewel beko koyo ora tau mangan
***
lamun banget butuh kudu sabar disik
nganti tamu mundur dadi siro becik
arikolo podo bubaran tamune
ojo nuli rerebutan turahane
***
koyo keting rerebutan najis tibo
gawe malu lamun dideleng wong njobo
kejobo yen bapak dawuh he anakku
iku turahe wong ngalim kyaiku
***
bagi roto sak dulurmu keben kabeh
katularan ngalim sugih bondo akeh
niat iro nuprih berkahe wong mulyo
ora niat rebut turahe wong liyo
***
(SIKAP LAN LAKU)
anak islam iki mongso kudu awas
ojo nganti leno mengko mundak tiwas
luru ngilmu iku perlu nanging budi
adab islam kudu tansah dipersudi
***
akeh bocah pinter nanging ora bagus
budi pekertine sebab dho gemagus
ring wong tuwo gak ngergani gak ngajeni
sajak pinter dewe longko kang madhani
***
jare iku caranipun sak puniko
ora ngono dudu intelek merdeko
ngagem blangkon serban sarung dadi gujeng
jare ora kebangsaan ingkang majeng
***
sawang iku pangeran diponegoro
imam bonjol tengku umar kang kuncoro
kabeh podho belo bongso lan negoro
podo ngagem destar pantes yen perwiro
***
gujeng serban sasat gujeng imam bonjol
sak kancane he anakku ojo tolol
timbang gundul opo ora luwih bagus
ngagem tutup sirah koyo raden bagus
***
kolo-kolo pamer rambut sak karepmu
nanging kudu eling papan serawungmu
kumpul mudho bedo karo pul yaine
nuju sholat gak podho melancong nujune
***
ora nuli melancong gundul sholat gundul
sowan morotuwo gundul nguyuh gundul
(CITA-CITA LUHUR)
anak islam kudu cita-cita luhur
keben dunyo akhirote biso makmur
***
cukup ngilmu ngumume lan agamane
cukup dunyo kanthi bekti pengerane
biso mimpin sak dulure lan bangsane
tumuju ring raharjo lan kemulyane
***
iku kabeh ora gampang leksanane
lamun ora kawit cilik to citane
cita-cita kudu dikanthi gumergut
ngudi ngilmu sarto pekerti kang patut
***
kito iki bakal tininggal wong tuwo
ora keno ora kito mesthi muwo
lamun kito podho katekan sejane
ora liwat siro kabeh pemimpine
***
negaramu butuh mentri butuh mufti
butuh qodli patih seten lan bupati
butuh dokter butuh mister ingkang pinter
ngilmu agomo kang nuntun laku bener
***
butuh guru lan kyai kang linangkung
melu ngatur negorone ora ketung
iku kabeh sopo maneh kang ngayahi
lamun ora anak kito kang nyaguhi
***
kejobo yen siro kabeh ridlo mbuntut
selawase angon wedhus nyekel pecut
siro ridlo goncek cikar selamine
kafir iro mentul-mentul lungguhane
***
ora nyelo angon wedhus numpak cikar
asal cita-cita ngilmu biso nenggar
nabi kito kolo timur pangon mendo
ing tembene pangon jalmo kang sembodo
***
abu bakar shidiq iku bakul masar
nanging noto masyarakat ora sasar
ali abu tholib bakul kayu bakar
nanging tangkes yen dadi panglima besar
***
wahid hasyim santri pondok gak sekolah
dadi mentri karo liyan ora kalah
kabeh mau gumantung ing sejo luhur
kanthi ngudi ilmu sarto laku jujur
***
tekan kene pungkasane syiir iki
larikane wolu limo kurang siji
mugo-mugo sejo kito sinembadan
dening alloh ingkang nurunake udan
***
pinaringan taufiq sarto hidayah
dunyo akhirote sehat wal ngafiah
AMIN AMIN AMIN AMIN AMIN AMIN
FAL HAMDULIL ILAHI ROBBIL NGALAMIN
***
TAMMAT
KH Bisri Mustofa
Rembang, Jumadil Akhir 1373H
***
{Lihat Bacaan}
Mustofa, Bisri. 1373 H. Syiir Udi Susilo. Kudus: Penerbit Menara Kudus.
{Perincian Kitab}
Judul Kitab : Syi’ir Udi Susilo
Pengarang : Kyai Bisri Mustofa Rembang
Bahasa : Jawa
Tulisan : Pegon
Penerbit : Menara Kudus (Kudus & Yogyakarta)
Tahun : 1373 H
Jumlah Halaman: 16
Harga (2011) : Rp 1.500,-
Hak cipta dilindungi undang-undang.