Rabu, 02 September 2015

Aset Dunia Akhirat

Inilah untungnya memiliki anak yang sholeh, ketika mendapatkan kenikmatan, ia pun tidak lupa untuk mendo’akan kedua orang tuanya baik yang masih hidup dan sudah meninggal. Anak yang sholeh itu ibarat celengan (tabungan) dunia akherat. Ketika orang tuanya masih hidup dan anaknya berbuat baik, maka orang tuanya mendapatkan pahala, begitu pula jika anaknya berbuat baik dan orang tuanya sudah meninggal, orang tuanya juga  akan mendapatkan pahala.  Begitulah anak yang sholeh. Ia adalah tabungan dunia akerat.  Di dalam kitab manahijul Imadad ala syarhil irsyadil ibad ila sabili rasyad, disebutkan ada orang sholeh meninggal dunia, lalu meninggalkan anak yang sholeh di dunianya, maka setiap amalan ibadah dan kebaikan-kebaikannya mengalirlah kepada kedua orang tuanya. 

Anak yang sholeh dia ngapain saja (bertindak apa saja, tentu yang baik-baik) orang tuanya akan mendapatkan pahala, dia shalat, lalu habis shalat dia tidak lupa istighfar atau dzikiran orang tuanya dapat pahala. Ah, masak, kata siapa? Kata Nabi Muhammad SAW, dalam kitab al Jami’u shoghir (Syaikh Jalaludin Abdurrohman Assuyuthi) dengan mengutip salah satu hadith dari Nabi Muhammad SAW  Beliau berkata “Manistaghfara lil mukminina wal mukminat kataba allahu lahu likuli mukminin wala mukminat khasanatan” .
Oleh karena itu, semakin banyak yang hadir, tentunya akan semakin banyak yang baca Istigfar, makanya insyallah  pahalanya akan semakin banyak.  Hubungan antara orang yang masih hidup dan sudah mati tidak pernah putus.  Alam boleh saja berbeda, akan tetapi persaudaran tidak pernah putus karena do’a kita akan sampai. Nabi Muhammad SAW setelah dari makam kebiasannya sering  tidak langsung pulang, akan tetapi berdiri agak lama, lalu beliau mengatakan “Istighfiru li akhiikum…Mintakan maaf (ampun) kepada saudara kamu..
Salah satu sahabat ada yang bertanya, kenapa ya Rasuluallah kita memintakan ampun kepada saudara kita yang sudah mati? Li annahu al an (yus’alu)…Kenapa, karena saat ini saudara kamu sedang ditanyai. Oleh karena itu kita do’akan supaya ditetapkan keimanannya, tidak gentar menjawab pertanyaan para malaikat yang akan datang bertanya. Sinyalemen adanya hubungan antara yang sudah mati dengan hidup juga terbaca dalam setiap do’a khutbah jum’at yang kedua dimana seringkali kita  berdo’a rabbanaghfrilana dzunubana walaikhwanina al adzina sabaquna bil imaan.. Ya alloh, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang seiman yang telah mendahului kita.
Dasar untuk beristighfar
Apa dasar dan siapa yang suruh aga kita ini diperbanyak membaca Istighfar? Tidak lain dan tidak bukan adalah Allah swt di dalam surah Muhammad,  ayat 19 disebutkan“ fa’lam anahu laa ilaha ila allah” Ketauhilah, laa ilah illah allah.. . Ini penting, apalagi di zaman yang serba bebas sampai dengan kebablasan, sehingga penting bagi kita untuk memegang iman secara kuat.
 
Sekai lagi Allah swt  mengingatkan, “fa’lam anahu laa ilaha illa allah” supaya mantap dan ditekankan kepada siapa saja yang menggoyahkan nilai-nilai keimanan kita agar tidak pernah tergoyahkan. Munculnya pluralisme dan liberalisme yang kebablasan harus diwaspadai, karena akan dapat mengarah secara perlahan-lahan akan mengakui bahwa semua agama itu sama.  Agama Islam tidaklah alergi dengan dialog keagaman (antar agama), akan tetapi ada batas-batas yang sudah tegas, yaitu lakum diinumum waliyaddin, kita mesti hati-hati dengan upaya-upaya yang berusaha  mendangkalkan nilai keimanan kita.

Sebagai orang tua kita tentu saja sedih, karena untuk mencetak anak yang sholeh ternyata ancaman dan gangguannya datang dari berbagai penjuru. Kita juga pernah dikejutkan dengan adanya orang yang mengaku menjadi Nabi yaitu  orang dari Betawi mantan pebulu tangkis yang bernama  Ahmad Mussadeq.  Ada juga  yang mengaku nabi dari Tegal yang bernama Tugimin. Coba bayangkan Nabi masak Tugimin, kalau buat shalawatan juga kagak enak sekali,..Allhuma sholi ala tugimin….
Akidah dan tauhid sangat ditekankan oleh Allah supaya kita itu kuat dan tidak terpengaruh oleh arus gelombang kehidupan dunia,  fa’lam anahu laa ilaha illa allah, dan dilanjutkan pada ayat berikutnya wastaghfir lidzanbika..  Jadi Allah yang suruh kita beristighfar dan Allah swt buka kesempatan, agar kita bertaubat yaitu dengan fastaghfir li dzanbika.. Masalah istighfar ini tidak perbedaan antara para ulama’ semuanya sepakat bahwa istighfar untuk orang yang telah meninggal dunia akan ada manfaatnya.

Manfaat Shodakoh untuk yang sudah meninggal
Kesepakatan mereka itu ditulis, untuk generasi yang akan datang yaitu dalam  kitab Mizan Kubro Jilid yang kedua karangan Syaikh Imam Abdul Wahhab Asya’roni menulis , “wattafaqu anal istighfara lil mayyiti wa du’a’a lahu washodakota, wal hajja anhu yanfa’u”.  Sepakat apa mereka itu? Sepakat bahwa istighfar dan do’a, bahkan shodakoh serta  haji yang dihadiahkan kepada mayyit (orang yang sudah meninggal) akan ada manfaatnya. Di dalam kitab al Hawi lil Fatawi karangan As Syaikh Jalaluddin Abdurohman Asyuyuthi,malah dijelaskan lebih detail tradisi sedekah mulai hari pertama, kedua, ketiga dan ketuju sampai seribu dengan berbagai manfaatnya.
Kita kalau  dikirimi “bingkisan “ setiap tahun lebaran saja senang, apalagi tiap hari, tipa minggu atau setiap bulan. Siapa yang akan menyampaikan? Yang akan menyampaikan adalah para malaikat. Sebagaimana Nabi Muhammad berkata kepada Sahabat Ali,” Ya Ali Tashodaq mautaakum.. faina allaha ta’ala qa wakkala malaikata yakhmiluna sodakatil akhya ilaihim.  Jadi,Allah swt mengutus para malaikat untuk membawa sodakoh orang yang hidup disampaikan kepada orang yang sudah meninggal. Diterangkan dalam salah atu kitab Jami’us shogir ” al mayyitu fi qabrihi kal ghoriq al maughutsu yantadzhiru da’wata talhiqohu min abiihi au ahlihi au shodiqin lahu, faidza ulkhiqothu kaanat akhabba ilaihi min adunnya wama fiiha , wa inna hidaaya al akhya lil amwaat adu du’a wal istighfar”. Jelas sekali bahwa seorang yang telah meninggal sangat menunggu do’a dari para saudara, anak dan juga teman-temannya dan sesungguhnya hadiah yang paling terindah bagi orang-orang yang telah mati adalah do’a dan istighfar.

Anak sholeh/hah adalah asset dunia-akherat
Untuk itu, mencetak anak yang sholeh/ hah sangatlah penting karena ia akan menjadi asset tidak saja ketika kita masih hidup akan tetapi setelah kita meninggal dunia nantinya. Ajarilah anak-anak kita pentingnya menjaga hubungan antar orang tua tidak saja saat kita di dunia akan tetapi yakinkan bahwa do’anya akan sampai dan ditunggu meskipun pada suatu saatnya kita dipanggil oelh Allah swt.  Zaman sekarang ini banyak sekali aliran dan wacana keagamaan yang menggangap bahwa do’a kita terputus setelah orang yang akan kita do’akan meninggal dunia. Terhadap pandangan ini silahkan saja, asal tidak melarang-larang keyakinan yang juga memiliki dasar yang kuat bahwa do’a kepada mayyit (orang yang sudah) meninggal akan diterima. Semoga keturunan kita nanti akan mampu memegang keyakinan ini dan kita akan terus dido’akan ila yaumil qiyamah nanti.  amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar