Orang
tua mana yang tidak bangga jika memiliki anak sholeh/ah yang taat pada Allah
dan berbakti pada kedua orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi
anak sholeh/ah bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini. Para orang tua
dituntut untuk mencurahkan perhatian dan pengorbanannya demi si buah hati
tercinta.
Lahirnya seorang anak
sholeh/ah bukan tiba-tiba saja muncul, tapi perlu ada pendidikan dan penanaman
sejak usia dini. Ibarat tumbuhan, seorang anak perlu dirawat dan dijaga dengan
baik. Semakin baik perawatan kita tentu akan semakin baik pula hasilnya. Salah
satu yang seharusnya ditanamkan oleh para orang tua, sebagai bentuk penjagaan
adalah bekal-bekal Al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal utama yang tidak boleh
ditinggalkan oleh para orang tua saat ini. Tanpa bekal Al Qur’an mustahil kita
akan mampu mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh/ah, sebab Islam
memandang bahwa faktor yang menentukan seorang anak dikatakan sholeh/ah,
dirinya memiliki bekal Al Qur’an.
Hari ini, kita banyak jumpai anak muslim di kampung-kampung yang tidak memiliki bekal Al Qur’an bahkan ironisnya lagi tidak sedikit yang tidak bias membaca Al-Qur’an.
Hari ini, kita banyak jumpai anak muslim di kampung-kampung yang tidak memiliki bekal Al Qur’an bahkan ironisnya lagi tidak sedikit yang tidak bias membaca Al-Qur’an.
Tidak
adanya bekal Al Qur’an tersebut kebanyakan bukan karena anaknya malas untuk
belajar atau karena orang tua yang enggan membekali anaknya, tapi lebih pada
tidak adanya tempat untuk bisa membekali Al Qur’an (semacam TPA/TPQ). Hari ini
TPA/TPQ masih tetap menjadi harapan dan tumpuan oleh kebanyakkan para orang tua
saat ini khususnya yang minim ilmu dan harta. Hari ini TPA/TPQ di masjid
kampung dinantikan dan diharapkan kiprahnya oleh mayoritas jama’ah dan
masyarakat sekitar masjid. Akan tetapi, sekalipun TPA/TPQ di masjid kampung
sangat urgen untuk membekali Al Qur’an bagi anak-anak saat ini, sayangnya tidak
semua orang tua menaruh harapan terhadap TPA/TPQ. Biasanya orang tua yang cukup
ilmu dan mapan hidupnya (tingkat sosial menengah ke atas), tidak terlalu
mengharapkan TPA/TPQ untuk membekali anak-anak mereka dengan Al Qur’an, mungkin
mereka berpandangan bahwa bekal Al Qur’an masih bisa diberikan pada anak-anak
mereka dengan cara dipondokpesantrenkan atau di sekolah fullday schoolkan (yang
sudah meliputi bekal Al Qur’an), walaupun harus mengeluarkan dana yang tidak
sedikit. Dan kebetulan sekali, para orang tua yang tidak terlalu berharap pada
TPA/TPQ justru kebanyakan didominasi kalangan pengurus masjid hari ini. Jika
anda tidak percaya, coba anda cermati dengan baik, rata-rata pengurus masjid
adalah orang yang secara ekonomi telah mapan, kemudian jika di lihat dari
pendidikan anak-anak/keturunannya, kebanyakan mereka tidak tergantung dengan
TPA/TPQ. Yang jadi pertanyaan adalah, mungkinkah jika orang yang tidak terlalu
berharapan terhadap TPA’TPQ (sebagai sarana untuk membekali Al Qur’an untuk
anak-anak) bisa peduli dan memperjuangkan nasib TPA/TPQ dengan baik dan
sungguh-sungguh? Jawabannya sudah pasti tidak mungkin. Pembaca sekalian, inilah
barangkali sebabnya mengapa TPA/TPQ tidak bisa berjalan dengan baik di masjid
kita hari ini.Dan seakan-akan tidak ada kesungguhan untuk menghidupkan dan
menjalankan TPA/TPQ kembali dengan baik dan profesional.
Maka
dari itu, jika masjid peduli dengan kepentingan jama’ah atau masyarakat muslim
di sekitar masjid (yang mengalami kesulitan dalam memberikan bekal pengajaran
Al Qur’an pada anak-anak mereka) tentu pengurus masjid akan memberikan
perhatian lebih pada TPA/TPQ hari ini, bahkan jika perlu berkorban apapun asal
TPA/TPQ bisa berjalan dengan baik, sehingga jama’ah merasakan manfaatnya,
khususnya pada anak-anak mereka. Mari coba kita renungkan baik-baik, jika kita
selaku orang tua begitu bersemangatnya beribadah di masjid (untuk mencari bekal
akhirat), kita begitu rajin infaq ditiap jum’atan (walau kebanyakan hanya
sekedar dikumpulkan saja), kita begitu peduli dengan berbagai kegiatan masjid.
Tapi perlu anda ingat, bahwa semua itu kembali pada diri anda selaku pribadi
muslim/orang tua. Lalu, mana yang kembali kepada anak-anak anda, walau hanya
dalam wujud pengajaran Al Qur’an (di TPA/TPQ)? Sementara anda tidak mampu mengajarkan
Al Qur’an sendiri ?
Wal
hasil, inilah kenyataannya jika masjid tidak peduli dengan TPA/TPQ, anak-anak di
sekitar masjid tidak mendapatkan manfaat dari masjidnya, kalaupun ada
pengajaran Al Qur’an biasanya hanya di bulan Ramadhan semata. Yang jadi
pertanyaan kita kembali, apa mungkin mendidik anak-anak kita dengan Al Qur’an
hanya mengandalkan bulan Ramadhan ?
Maka,
jika ada masjid yang TPA/TPQ nya saja tidak berjalan, atau berjalan tapi asal
jalan semata, hal ini menunjukkan kegagalan pengurus masjidnya, tapi sayangnya
pengurus masjid hari ini banyak yang merasa tidak pernah gagal menjadi pengurus
masjid. orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi anak sholeh/ah
bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini. Para orang tua dituntut untuk
mencurahkan perhatian dan pengorbanannya demi si buah hati tercinta. Lahirnya
seorang anak sholeh/ah bukan tiba-tiba saja muncul, tapi perlu ada pendidikan
dan penanaman sejak usia dini. Ibarat tumbuhan, seorang anak perlu dirawat dan
dijaga dengan baik. Semakin baik perawatan kita tentu akan semakin baik pula
hasilnya. Salah satu yang seharusnya ditanamkan oleh para orang tua, sebagai
bentuk penjagaan adalah bekal-bekal Al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal utama
yang tidak boleh ditinggalkan oleh para orang tua saat ini. Tanpa bekal Al
Qur’an mustahil kita akan mampu mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh/ah,
sebab Islam memandang bahwa faktor yang menentukan seorang anak dikatakan
sholeh/ah, dirinya memiliki bekal Al Qur’an.
Hari
ini, kita banyak jumpai anak muslim di kampung-kampung yang tidak memiliki
bekal Al Qur’an. Tidak adanya bekal Al Qur’an tersebut kebanyakan bukan karena
anaknya malas untuk belajar atau karena orang tua yang enggan membekali
anaknya, tapi lebih pada tidak adanya tempat untuk bisa membekali Al Qur’an
(semacam TPA/TPQ). Hari ini TPA/TPQ masih tetap menjadi harapan dan tumpuan
oleh kebanyakkan para orang tua saat ini khususnya yang minim ilmu dan harta.
Hari ini TPA/TPQ di masjid kampung dinantikan dan diharapkan kiprahnya oleh
mayoritas jama’ah dan masyarakat sekitar masjid. Akan tetapi, sekalipun TPA/TPQ
di masjid kampung sangat urgen untuk membekali Al Qur’an bagi anak-anak saat
ini, sayangnya tidak semua orang tua menaruh harapan terhadap TPA/TPQ. Biasanya
orang tua yang cukup ilmu dan mapan hidupnya (tingkat sosial menengah ke atas),
tidak terlalu mengharapkan TPA/TPQ untuk membekali anak-anak mereka dengan Al
Qur’an, mungkin mereka berpandangan bahwa bekal Al Qur’an masih bisa diberikan
pada anak-anak mereka dengan cara dipondokpesantrenkan atau di sekolah fullday
schoolkan (yang sudah meliputi bekal Al Qur’an), walaupun harus mengeluarkan
dana yang tidak sedikit. Dan kebetulan sekali, para orang tua yang tidak
terlalu berharap pada TPA/TPQ justru kebanyakan didominasi kalangan pengurus
masjid hari ini. Jika anda tidak percaya, coba anda cermati dengan baik,
rata-rata pengurus masjid adalah orang yang secara ekonomi telah mapan,
kemudian jika di lihat dari pendidikan anak-anak/keturunannya, kebanyakan
mereka tidak tergantung dengan TPA/TPQ. Yang jadi pertanyaan adalah, mungkinkah
jika orang yang tidak terlalu berharapan terhadap TPA’TPQ (sebagai sarana untuk
membekali Al Qur’an untuk anak-anak) bisa peduli dan memperjuangkan nasib
TPA/TPQ dengan baik dan sungguh-sungguh? Jawabannya sudah pasti tidak mungkin.
Pembaca
sekalian, inilah barangkali sebabnya mengapa TPA/TPQ tidak bisa berjalan dengan
baik di masjid kita hari ini.Dan seakan-akan tidak ada kesungguhan untuk
menghidupkan dan menjalankan TPA/TPQ kembali dengan baik dan profesional. Maka
dari itu, jika masjid peduli dengan kepentingan jama’ah atau masyarakat muslim
di sekitar masjid (yang mengalami kesulitan dalam memberikan bekal pengajaran
Al Qur’an pada anak-anak mereka) tentu pengurus masjid akan memberikan
perhatian lebih pada TPA/TPQ hari ini, bahkan jika perlu berkorban apapun asal
TPA/TPQ bisa berjalan dengan baik, sehingga jama’ah merasakan manfaatnya,
khususnya pada anak-anak mereka.
Mari coba kita renungkan
baik-baik, jika kita selaku orang tua begitu bersemangatnya beribadah di masjid
(untuk mencari bekal akhirat), kita begitu rajin infaq ditiap jum’atan (walau
kebanyakan hanya sekedar dikumpulkan saja), kita begitu peduli dengan berbagai
kegiatan masjid. Tapi perlu anda ingat, bahwa semua itu kembali pada diri anda
selaku pribadi muslim/orang tua. Lalu, mana yang kembali kepada anak-anak anda,
walau hanya dalam wujud pengajaran Al Qur’an (di TPA/TPQ)? Sementara anda tidak
mampu mengajarkan Al Qur’an sendiri ? Wal hasil, inilah kenyataannya jika
masjid tidak peduli dengan TPA/TPQ, anak-anak di sekitar masjid tidak
mendapatkan manfaat dari masjidnya, kalaupun ada pengajaran Al Qur’an biasanya
hanya di bulan Ramadhan semata.
Yang
jadi pertanyaan kita kembali, apa mungkin mendidik anak-anak kita dengan Al
Qur’an hanya mengandalkan bulan Ramadhan ? Maka, jika ada masjid yang TPA/TPQ
nya saja tidak berjalan, atau berjalan tapi asal jalan semata, hal ini
menunjukkan kegagalan pengurus masjidnya, tapi sayangnya pengurus masjid hari
ini banyak yang merasa tidak pernah gagal menjadi pengurus masjid. (Abu
Muttatiar From khoirotunhisan/TPQ Sabili)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar