Senin, 01 Juni 2015

Kisah Adzan Terakhir Bilal Bin Rabah

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan
bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan
adzan lagi.
Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk
menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan
sendu bilal berkata: "Biarkan aku hanya
menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah
telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-
siapa lagi."
Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal
untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah
terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan
itu yang mendorongnya meninggalkan
Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju
Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.
Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai
pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam
mimpi Bilal, dan menegurnya: "Ya Bilal, Wa
maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak
mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?"
Bilal pun bangun terperanjat, segera dia
mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk
ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun
sudah dia meninggalkan Rasulullah.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas
rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang
kekasih.
Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak
dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu
Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata
sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak
tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.
Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal:
"Paman, maukah engkau sekali saja
mengumandangkan adzan untuk kami? Kami
ingin mengenang kakek kami."
Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi
Khalifah juga sedang melihat pemandangan
mengharukan itu, dan beliau juga memohon
kepada Bilal
untuk mengumandangkan adzan, meski sekali
saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu.
Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat
dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah
masih hidup.
Mulailah dia mengumandangkan adzan.
Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan
olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap,
segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara
yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara
yang begitu dirindukan itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa
ilaha illallah, seluruh isi kota madinah
berlarian ke arah suara itu sambil berteriak,
bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun
keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna
Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh
tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.
Semua menangis, teringat masa-masa indah
bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang
paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri
pun tak sanggup meneruskan adzannya,
lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.
Hari itu madinah mengenang masa saat masih
ada Rasulullah diantara mereka.
Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir
bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang
tak bisa dirampungkan.
...
Subhanallah... kisah diatas ini mampu
mencampur adukkan perasaan kita.
Mampu membuat kita menitikkan airmata
tanda kecintaan kita kepada Rasulullah SAW,
sebagaimana cinta kita pula kepada ummat
Muhammad.
Itulah pentingnya ukhuwah...
karena ukhuwah itu merupakan penanda iman
kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar