Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kaum muslimin yang kami muliakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ… (12)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al Mujadalah: 11)
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji ilmu dan
orang yang berilmu, serta menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk membekali
diri mereka dengan ilmu. Bahkan setiap muslim telah diwajibkan oleh
Allah untuk mempelajari ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 224, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah)
Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan menuntut ilmu sangatlah banyak. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَبْتَغِي فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريْقاً إِلَى الجَنَّةِ،
وَإنَّ المَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضاً بِمَا يَصْنَعُ،
وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانُ فِي الْمَاءِ،
وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ،
وَإنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَإنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يَوَرِّثُوْا دِيْنَاراً وَلاَ دِرْهَماً
وَإنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya
–dengan hal itu- Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan
sesungguhnya para malaikat akan membentangkan
sayap-sayap mereka kepada pencari ilmu sebagai keridhaan atas apa yang
ia perbuat. Dan sesungguhnya penghuni langit dan di bumi, sampai
ikan-ikan di laut pun memohonkan ampun untuk orang-orang yang berilmu.
Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan purnama atas semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya
para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi itu
tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa
yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud, no. 3641 dan ini adalah lafazhnya. Diriwayatkan juga
oleh at-Tirmidzi, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; Ahmad 4/196; Darimi,
1/98. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin, 2/470, hadits no. 1388)
Memahami Agama, Tanda kebaikan Seorang Muslim
Diriwayatkan dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan menjadikannya faqih (faham) tentang agamanya.” (Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2948 dan Muslim, no. 1037).
Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan
keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya. An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya serta anjuran untuk menuntut ilmu.” (Syarah Shahih Muslim 7/128)
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani rahimahullah mengatakan, “Dalam
hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang
yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu
agama di atas ilmu-ilmu lainnya.” (Fathul Baari 1/165).
Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah ilmu agama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Telah diketahui bahwa ilmu yang diwariskan oleh para Nabi adalah ilmu syari’at Allah ‘Azza wa Jalla,
bukan lainnya. Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan ilmu tekhnologi
dan yang berkaitan dengannya kepada manusia.” (Dikutip dari Kitabul ilmi, hal. 11, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin).
Binatang Pun Allah Muliakan Dengan Sebab Ilmu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan hewan buruan yang
ditangkap dengan bantuan anjing yang terlatih. Namun Allah menjadikan
hewan buruan yang ditangkap oleh anjing tidak terlatih sebagai bangkai
yang haram dimakan. Hal ini menunjukkan kemuliaan ilmu, sebab hanya yang
ditangkap oleh anjing terlatih saja yang halal dimakan. Sebaliknya,
hasil buruan dari anjing yang tidak terlatih haram dimakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُوْنَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ
وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ تُعَلِّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللهُ
فَكُلُوْا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللهَ
إِنَّ اللهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ (4)
“Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”
Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya
untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah
nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.” (QS. Al-Maidah: 04)
Seandainya bukan karena keistimewaan dan kemuliaan ilmu, pasti hasil
buruan anjing yang terlatih sama hukumnya dengan anjing yang tak
terlatih.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan
مَنْ
أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ اْلأَخِرَةَ
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barangsiapa yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu. Dan
barangsiapa yang menghendaki akherat, hendaknya dia berilmu. Dan
barangsiapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akherat), maka
hendaknya dia berilmu.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga mengatakan, “Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah”. (Shahih Jami’ Al-Bayan 31/48, Hilyatul Auliya’ 9/119).
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Tidak ada suatu amal perbuatan yang lebih utama daripada menuntut ilmu kalau ia niatnya benar”. (Miftah Daaris Saa’dah I/212).
Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu mengatakan,
“Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya mempelajari ilmu merupakan karena
Allah adalah takwa kepada-Nya, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya
adalah tasbih, menelitinya adalah jihad dan mengajarkan kepada orang
yang tidak mengetahui adalah sedekah.” Beliau juga mengatakan, “Ilmu
adalah penghibur hati di saat sendiri dan sahabat karib di saat sunyi.”
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Ilmu itu lebih baik daripada harta, sebab ilmu akan selalu menjagamu,
sedangkan engkau yang selalu menjaga harta.” (Faqih wal Mutafaqqih 1/50, Ittiba’ milik Ibnu Abdil ’Izz hal. 86, Bidayah wa Nihayah 9/47 dan I’tishom 2/358).
Imam Ahmad bin Hambal rohimahulloh berkata, “Kebutuhan
manusia terhadap ilmu itu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan
minum. Yang demikian itu karena seseorang terkadang membutuhkan makanan
dan minuman sekali atau dua kali, adapun kebutuhannya terhadap ilmu itu
sebanyak tarikan nafasnya”. (Tahdzib Madarijis Saalikiin, Ar-Rusydy rahimahulloh).
Hasan Al Bashri rahimahulloh mengatakan, “Beramal tanpa ilmu
itu seperti berjalan di luar jalurnya. (Apabila seseorang) beramal
tanpa ilmu maka kerusakan yang ditimbulkan itu lebih banyak daripada
kebaikan yang diraih. Maka carilah ilmu dengan tidak mengganggu ibadah,
dan beribadahlah dengan tidak mengganggu mencari ilmu. (Miftaah Daaris Sa’aadah 1/83, Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh).
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berpesan, “Jadilah alim (orang
yang berilmu), muta’allim (orang yang menuntut ilmu), mustami’ (orang
yang mendengar ilmu), atau muhibb (orang yang mencintai ilmu), dan
janganlah menjadi orang yang kelima sehingga kamu celaka. Dia adalah
orang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mendengar, dan tidak pula
mencintai orang yang berilmu.” (Al-Kabaair hal. 20, oleh Imam Adz-Dzahabi).
Demikian sedikit sajian yang dapat kami sajikan pada buletin At-Taubah edisi perdana ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menambahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Allah memberkahi usia dan amal kita semua. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar